Jumat, 02 September 2016

Wolbachia, Era Baru Pemberantasan DBD,Chikungunya dan Zika ?


Apa itu Wolbachia?

Wolbachia adalah salah satu genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda, berasal dari kelas Alphaproteobacteria. Infeksi Wolbachia pada hewan akan menyebabkan partenogenesis (perkembangan sel telur yang tidak dibuahi), kematian pada hewan jantan, dan bahkan feminisasi (perubahan serangga jantan menjadi betina). Bakteri ini tergolong ke dalam gram negatif, berbentuk batang, dan sulit ditumbuhkan di luar tubuh inangnya.

Bakteri tersebut banyak terdapat di dalam jaringan dan organ reproduksi hewan serta pada jaringan somatik. Inang yang terinfeksi dapat mengalami inkompatibilitas (ketidakserasian) sitoplasma, yaitu suatu fenomena penyebaran faktor sitoplasma yang umumnya dilakukan dengan membunuh progeni (keturunan) yang tidak membawa/mewarisi faktor tersebut.

Wolbachia sebenarnya telah ada 100 juta tahun yang lalu dan keberadaanya  menjadi salah satu parasit paling sukses di dunia yaitu kemampuan berevolusi untuk memanipulasi kehidupan seksual host (spesies yang terinfeksi). Wolbachia lebih menyukai betina daripada jantan karena mereka datang dalam telur matang, tapi tidak dalam sperma matang. Akibatnya, hanya betina yang menularkan infeksi pada keturunan mereka. Wolbachia telah membuatnya menjadi kandidat yang menjanjikan bagi rekayasa genetika dalam mencari cara yang lebih efektif untuk memerangi penyakit yang disebarkan oleh serangga.

Penelitian tentang bakteri Wolbachia
Berbagai penelitian telah menunjukkan hasil yang positif dengan adanya infeksi bakteri Wolbachia. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan sekelompok peneliti dari Universitas Queensland di Brisbane Australia yang didanai miliarder Bill Gates. Mereka menginfeksikan bakteri Wolbachia, untuk menghentikan persebaran nyamuk. Bakteri Wolbachia menyebar dengan baik melalui uji laboratorium pada nyamuk-nyamuk yang berkembang biak. Mereka menginfeksi ke dalam 1000 embrio nyamuk. Bakteri itu terbukti mampu menyebar dari nyamuk betina yang terinfeksi kepada keturunannya. Hal ini bisa memperpendek masa hidup nyamuk itu dan juga embrionya.

Kemudian penelitian tentang bakteri Wolbachia juga dilakukan oleh ilmuwan dari Michigan State University yang menemukan cara menghentikan duplikasi nyamuk DB dengan menggunakan bakteri Wolbachia.

Sekitar 28 persen spesies nyamuk memiliki bakteri Wolbachia. Tapi bakteri itu tidak ada dalam nyamuk Aedes aegypti. Bakteri Wolbachiamemiliki kemampuan untuk menghentikan replika atau duplikasi virus dengue di dalam nyamuk. Jika tidak ada virus dengue dalam nyamuk, maka virus tersebut tidak dapat menyebar ke orang-orang sehingga proses penularannya dapat dihambat.

Penelitian dilakukan dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam nyamuk Aedes aegypti dengan cara menyuntikkan embrio dari parasit tersebut. Dan alhasil didapatkan bakteri ini berhasil dipertahankan di dalam tubuh nyamuk di dalam laboratorium selama hampir empat tahun, karena berhasil diturunkan dari ibu ke anaknya. Ketika nyamuk jantan yang terinfeksi Wolbachia berpasangan dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi, maka bakteri menyebabkan ketidaknormalan reproduksi yang memicu kematian embrio dini.

Bakteri Wolbachia tidak mempengaruhi perkembangan embrio apabila nyamuk betina memiliki Wolbachia yang sama dengan nyamuk jantan, sehingga bakteri dapat menyebar dengan cepat dan menginfeksi semua populasi nyamuk. Selain itu bakteri ini juga tidak dapat menular dari nyamuk ke manusia.
Keuntungan dari strain yang digunakan penelitian ini adalah semakin lama nyamuk tersebut hidup, maka semakin besar kemungkinan infeksi bakteri Wolbachia ke seluruh populasi nyamuk dalam jangka waktu singkat.

Satu lagi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Monash University, yang mencoba menyuntikkan bakteri Wolbachia ke dalam lebih dari 2.500 embrio Aedes aegypti yang dapat menyebarkan penyakit demam berdarah. Setelah mereka menetas, mereka diberi makanan darah yang sudah dicampur dengan virus dengue. Ternyata bakteri Wolbachia tidak menyebar ke lingkungan, akan tetapi diteruskan dari ibu ke anak melalui telurnya.

Apabila pasangan nyamuk jantan yang terinfeksi dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi, akan membuat semua telur yang dihasilkan mati. Dan jika nyamuk betina terinfeksi Wolbachia, ketika mereka kawin dengan nyamuk jantan yang terinfeksi, telur yang menetas biasanya telah terinfeksi bakteri Wolbachia di dalamnya, sehingga bakteriWolbachia akan ada dalam setiap generasi.

Dari penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa bakteri Wolbachia dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh nyamuk dan melindungi dari virus seperti virus DBD. Dan bakteri Wolbachia bersaing dengan darah untuk makanan di dalam tubuh nyamuk, sehingga  virus dengue sulit untuk mereplikasi dan berkembang di dalam tubuh nyamuk.


Penelitian-penelitian tersebut menawarkan harapan agar penyakit DBD yang ditularkan oleh nyamuk vektor Aedes aegypti dapat dihentikan, meskipun di bawah kondisi laboratorium bahwa hal itu kemungkinan bisa diterapkan di lapangan. Semoga, penelitian ini akan berhasil memutus jalur persebaran demam berdarah di kemudian hari. Kita tunggu saja bagaimana tingkat keberhasilannya.

Dari Berbagai Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Blog ini hanya sebagai sarana berbagi informasi.
Mohon komentari dengan kritik dan saran yang sopan dan bijak.
Terima Kasih