Sabtu, 03 September 2016

Kantor Kesehatan Pelabuhan Tingkatkan Surveilans terkait Zika

www.wartakota,top


Jakarta, 29 Agustus 2016

Menindaklanjuti ditemukannya kasus Zika di Singapura, Kemenkes meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan virus ini masuk ke Indonesia. Hal tersebut dikarenakan letak geografis Singapura yang berbatasan langsung dengan Indonesia khususnya dengan Kota Batam. Selain itu, letak negara Singapura yang dekat membuat mobilitas orang yang datang dari Singapura ke Batam atau sebaliknya, sangat banyak.

Sejak tadi pagi untuk meningkatkan awareness kepada seluruh petugas kesehatan dan juga masyarakat kita, saya telah keluarkan surat perintah kepada seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan yang ada di seluruh pintu masuk, untuk melakukan surveilans dan pemantauan lebih teliti lagi, ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. H. Mohamad Subuh, MPPM di Jakarta (29/8).

dr. Subuh mengatakan, untuk mencegah dan mendeteksi penularan Zika maka setiap penumpang yang masuk ke Indonesia melalui Singapura akan diberikan health alert card di setiap pintu masuk bandara untuk mereka bawa.

Bentuk kartunya sederhana. Ada peringatan yang memberikan informasi, bahwa apabila dalam waktu 10 hari anda di rumah, anda mengalami demam dengan ciri-ciri demam tinggi, ada ruam atau bercak pada kulit, maka segera melapor ke fasilitas kesehatan yang ada seperti Puskesmas atau rumah sakit dengan harus membawa kartu tersebut, jelas Subuh.

Menurutnya pemberian health alert card akan lebih baik dalam memonitor penumpang yang diduga terinfeksi virus Zika selain dengan dilakukan screening dan pemeriksaan melalui thermal scanner. Penggunaan thermal scanner sendiri baru akan lebih optimal bila dilakukan kepada orang yang terinfeksi apabila sudah masuk kedalam masa inkubasi dari virus Zika yaitu 7-10 hari.

Kalau misalnya ada orang yang sudah terinfeksi tetapi baru masuk hari ke-5 ini belum menunjukkan ada gejala demam, sehingga akan underutilize untuk kita pantau atau monitoring, tambah Subuh.

Diharapkan masyarakat ikut membantu pemerintah dengan melaporkan bila merasakan ada gejala seperti virus Zika karena upaya untuk pencegahan dan pengendalian penyakit tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah Pusat tetapi juga membutuhkan peran masyarakat.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. - 



See more at: http://www.depkes.go.id/article/view/16083000001/kantor-kesehatan-pelabuhan-tingkatkan-surveilans-terkait-zika.html#sthash.t037gGSS.dpuf

Jumat, 02 September 2016

Tak Hanya Cegah DBD, Nyamuk Ber-Wolbachia Juga Hambat Virus Zika dan Chikungunya



Foto: Thinkstock

Jakarta, Nyamuk ber-wolbachia tidak hanya mampu menekan angka kasus demam berdarah dengue. Peneliti mengatakan nyamuk ini juga bisa menghambat perkembangan virus Zika dan Chikungunya.

Peneliti Utama Eliminate Dengue Program (EDP) dari Universitas Gadjah Mada, Prof Adi Utarini, mengatakan tujuan utama pelepasan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia memang memutus rantai penularan DBD. Meski begitu, Prof Uut, begitu ia biasa disapa, mengatakan efek yang sama juga berlaku bagi virus Zika dan Chikungunya.

"Memang wolbachia ini tidak berbahaya hanya untuk virus dengue saja, tapi juga memiliki efek yang kepada virus Zika dan Chikungunya yang juga disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti," tuturnya, dalam temu media di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (2/9/2016).

Baca jugaNyamuk Ber-Wolbachia Lebih Tokcer Berantas DBD? Ini Alasannya

Salah satu alasannya disebutkan Prof Uut adalah virus-virus tersebut masih satu keluarga, yakni flavivirus. Selain itu, bisa jadi hal ini juga dikarenakan virus-virus tersebut berada dalam nyamuk yang sama.

Prof Uut juga menyinggung langkah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan pelepasan nyamuk dalam skala besar untuk mengatasi epidemi Zika di Brazil. Namun di Indonesia, nyamuk ber-wolbachia masih ditujukan untuk menurunkan angka DBD.

"Fokus DBD dulu karena bebannya lebih tinggi DBD di Indonesia daripada Zika. Nah, Chikungunya dan Zika ini sekalianlah karena nyamuknya kan sama," tandasnya lagi.

Wolbachia merupakan organisme yang hanya bisa hidup dalam tubuh serangga. Bakteri Wolbachia yang terkandung dalam Aedes aegypti dapat mematikan virus di dalam tubuh nyamuk dan mempersingkat masa hidup nyamuk dewasa.

Baca jugaDi Laboratorium Inilah Nyamuk Ber-Wolbachia yang Dilepas di Sleman Diciptakan(mrs/up)


Sumber :http://health.detik.com/read/2016/09/02/180259/3289958/763/tak-hanya-cegah-dbd-nyamuk-ber-wolbachia-juga-hambat-virus-zika-dan-chikungunya

Wolbachia, Era Baru Pemberantasan DBD,Chikungunya dan Zika ?


Apa itu Wolbachia?

Wolbachia adalah salah satu genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda, berasal dari kelas Alphaproteobacteria. Infeksi Wolbachia pada hewan akan menyebabkan partenogenesis (perkembangan sel telur yang tidak dibuahi), kematian pada hewan jantan, dan bahkan feminisasi (perubahan serangga jantan menjadi betina). Bakteri ini tergolong ke dalam gram negatif, berbentuk batang, dan sulit ditumbuhkan di luar tubuh inangnya.

Bakteri tersebut banyak terdapat di dalam jaringan dan organ reproduksi hewan serta pada jaringan somatik. Inang yang terinfeksi dapat mengalami inkompatibilitas (ketidakserasian) sitoplasma, yaitu suatu fenomena penyebaran faktor sitoplasma yang umumnya dilakukan dengan membunuh progeni (keturunan) yang tidak membawa/mewarisi faktor tersebut.

Wolbachia sebenarnya telah ada 100 juta tahun yang lalu dan keberadaanya  menjadi salah satu parasit paling sukses di dunia yaitu kemampuan berevolusi untuk memanipulasi kehidupan seksual host (spesies yang terinfeksi). Wolbachia lebih menyukai betina daripada jantan karena mereka datang dalam telur matang, tapi tidak dalam sperma matang. Akibatnya, hanya betina yang menularkan infeksi pada keturunan mereka. Wolbachia telah membuatnya menjadi kandidat yang menjanjikan bagi rekayasa genetika dalam mencari cara yang lebih efektif untuk memerangi penyakit yang disebarkan oleh serangga.

Penelitian tentang bakteri Wolbachia
Berbagai penelitian telah menunjukkan hasil yang positif dengan adanya infeksi bakteri Wolbachia. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan sekelompok peneliti dari Universitas Queensland di Brisbane Australia yang didanai miliarder Bill Gates. Mereka menginfeksikan bakteri Wolbachia, untuk menghentikan persebaran nyamuk. Bakteri Wolbachia menyebar dengan baik melalui uji laboratorium pada nyamuk-nyamuk yang berkembang biak. Mereka menginfeksi ke dalam 1000 embrio nyamuk. Bakteri itu terbukti mampu menyebar dari nyamuk betina yang terinfeksi kepada keturunannya. Hal ini bisa memperpendek masa hidup nyamuk itu dan juga embrionya.

Kemudian penelitian tentang bakteri Wolbachia juga dilakukan oleh ilmuwan dari Michigan State University yang menemukan cara menghentikan duplikasi nyamuk DB dengan menggunakan bakteri Wolbachia.

Sekitar 28 persen spesies nyamuk memiliki bakteri Wolbachia. Tapi bakteri itu tidak ada dalam nyamuk Aedes aegypti. Bakteri Wolbachiamemiliki kemampuan untuk menghentikan replika atau duplikasi virus dengue di dalam nyamuk. Jika tidak ada virus dengue dalam nyamuk, maka virus tersebut tidak dapat menyebar ke orang-orang sehingga proses penularannya dapat dihambat.

Penelitian dilakukan dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam nyamuk Aedes aegypti dengan cara menyuntikkan embrio dari parasit tersebut. Dan alhasil didapatkan bakteri ini berhasil dipertahankan di dalam tubuh nyamuk di dalam laboratorium selama hampir empat tahun, karena berhasil diturunkan dari ibu ke anaknya. Ketika nyamuk jantan yang terinfeksi Wolbachia berpasangan dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi, maka bakteri menyebabkan ketidaknormalan reproduksi yang memicu kematian embrio dini.

Bakteri Wolbachia tidak mempengaruhi perkembangan embrio apabila nyamuk betina memiliki Wolbachia yang sama dengan nyamuk jantan, sehingga bakteri dapat menyebar dengan cepat dan menginfeksi semua populasi nyamuk. Selain itu bakteri ini juga tidak dapat menular dari nyamuk ke manusia.
Keuntungan dari strain yang digunakan penelitian ini adalah semakin lama nyamuk tersebut hidup, maka semakin besar kemungkinan infeksi bakteri Wolbachia ke seluruh populasi nyamuk dalam jangka waktu singkat.

Satu lagi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Monash University, yang mencoba menyuntikkan bakteri Wolbachia ke dalam lebih dari 2.500 embrio Aedes aegypti yang dapat menyebarkan penyakit demam berdarah. Setelah mereka menetas, mereka diberi makanan darah yang sudah dicampur dengan virus dengue. Ternyata bakteri Wolbachia tidak menyebar ke lingkungan, akan tetapi diteruskan dari ibu ke anak melalui telurnya.

Apabila pasangan nyamuk jantan yang terinfeksi dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi, akan membuat semua telur yang dihasilkan mati. Dan jika nyamuk betina terinfeksi Wolbachia, ketika mereka kawin dengan nyamuk jantan yang terinfeksi, telur yang menetas biasanya telah terinfeksi bakteri Wolbachia di dalamnya, sehingga bakteriWolbachia akan ada dalam setiap generasi.

Dari penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa bakteri Wolbachia dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh nyamuk dan melindungi dari virus seperti virus DBD. Dan bakteri Wolbachia bersaing dengan darah untuk makanan di dalam tubuh nyamuk, sehingga  virus dengue sulit untuk mereplikasi dan berkembang di dalam tubuh nyamuk.


Penelitian-penelitian tersebut menawarkan harapan agar penyakit DBD yang ditularkan oleh nyamuk vektor Aedes aegypti dapat dihentikan, meskipun di bawah kondisi laboratorium bahwa hal itu kemungkinan bisa diterapkan di lapangan. Semoga, penelitian ini akan berhasil memutus jalur persebaran demam berdarah di kemudian hari. Kita tunggu saja bagaimana tingkat keberhasilannya.

Dari Berbagai Sumber

WUJUDKAN KOMITMEN STOP BABS DENGAN ARISAN JAMBAN



Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau yang sering di singkat dengan STBM pertama kali dikenalkan di Kabupaten Kepulauan Meranti melalui Pamsimas II pada tahun 2014. Merujuk kepada visi dan misi pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014, Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti juga mengeluarkan peraturan dalam bentuk Peraturan Bupati Kepulauan Meranti No. 3 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti dan Instruksi Bupati Kepulauan Meranti NOMOR : 01 /INT-HK/IV/2016 Dalam Rangka Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Untuk Percepatan Pencapaian Target Sustainable Development Goals (SDGs) dan Universal Akses Tahun 2019.

Semangat Pemerintah Daerah Kepulauan Meranti ini memberikan dampak positif bagi seluruh desa yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti. Hal ini dibuktikan dengan telah adanya lima desa yang telah di verifikasi sebagai desa STOP Buang Air Besar Sembarangan, yang hingga saat ini terus dikembangkan agar dapat menjadi desa STBM.
Selain upaya percepatan peningkatan akses sanitasi yang di respon positif oleh masyarakat, hal menarik lain adalah adanya upaya kreatif dari masyarakat untuk meningkatkan akses sanitasi sehat seperti yang telah dilakukan oleh kelompok masyarakat Suku Akit di Desa Tenan.





Desa Tenan yang berada di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Barat berada dalam wilayah binaan UPT. Puskesmas Alai. Melalui sanitarian terlatih yakni ibu Susanti,Amk telah berhasil memberdayakan masyarakat Suku Akit untuk mau secara mandiri membiayai pengadaan jamban sehat di lingkungan mereka dengan menerapkan metode “Arisan Jamban”. Metode ini mengharuskan setiap orang yang terlibat agar konsisten dan komitmen untuk membayar iuran secara rutin. Telah dibangun satu buah jamban hasil dari “Arisan Jamban” tersebut yang diresmikan secara langsung oleh Camat Tebing tinggi Barat dan pada akhir Agustus 2016 akan dilakukan penarikan undian pembangunan jamban selanjutnya.


Sumber : PMKL Dinkes Kab.Kep.Meranti 2016

PERTANYAAN SEPUTAR VIRUS ZIKA


1.Apakah virus Zika itu?
Virus Zika merupakan salah satu virus dari jenis Flavivirus.
Virus ini memiliki kesamaan dengan virus dengue, berasal dari kelompok arbovirus.

2.Bagaimana cara penularan virus Zika?
Virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk yang menjadi vektor penyakit Zika adalah nyamuk Aedes, dapat dalam jenis Aedes Aegypti untuk daerah tropis, Aedes africanusdi Afrika, dan juga Aedes albopictus pada beberapa daerah lain. Nyamuk Aedes merupakan jenis nyamuk yang aktif di siang hari, dan dapat hidup di dalam maupun luar ruangan. Virus zika juga bisa ditularkan oleh ibu hamil kepada janinnya selama masa kehamilan.

3.Siapa yang berisiko terinfeksi virus Zika?
Siapapun yang tinggal atau mengunjungi area yang diketahui terdapat virus Zika memiliki risiko untuk terinfeksi termasuk ibu hamil.

4.Apa saja gejala infeksi virus Zika?
1 diantara 5 orang yang terinfeksi virus zika menunjukkan gejala. Adapun gejala infeksi virus zika diantaranya demam, kulit berbintik merah, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, sakit kepala, kelemahan dan terjadi peradangan konjungtiva. Pada beberapa kasus zika dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun. Gejala penyakit ini menyebabkan kesakitan tingkat sedang dan berlangsung selama 2-7 hari. Penyakit ini kerap kali sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan medis. Pada kondisi tubuh yang baik penyakit ini dapat pulih dalam tempo 7-12 hari.

5.Apakah ada komplikasi yang ditimbulkan dari infeksi virus Zika?
Pada beberapa kasus suspek Zika dilaporkan juga mengalami sindrom Guillane Barre. Namun hubungan ilmiahnya masih dalam tahap penelitian.

6.Apa jenis pemeriksaan virus Zika untuk ibu hamil?
Pada minggu pertama demam, virus Zika dapat dideteksi dari serum dengan pemeriksaan RT-PCR.

7.Apakah sudah ada vaksin atau obat untuk virus Zika?
Belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus ini, sehingga pengobatan berfokus
pada gejala yang ada.

8.Apa yang harus dilakukan jika terinfeksi virus Zika?
Jika terinfeksi virus Zika, maka lakukan hal-hal sebagai berikut:
Istirahat cukup
Konsumsi cukup air untuk mencegah dehidrasi
Minum obat-obatan yang dapat mengurangi demam atau nyeri
Jangan mengkonsumsi aspirin atau obat-obatan NSAID (non stereoid anti inflmation) lainnya.
Cari pengobatan ke pelayanan kesehatan terdekat.

9.Bagaimana cara pencegahan penularan virus Zika?
Pencegahan penularan virus ini dapat dilakukan dengan:
menghindari kontak dengan nyamuk
melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus (menguras dan menutup
tempat penampungan air, serta memanfaatkan atau melakukan daur ulang barang bekas, ditambah dengan melakukan kegiatan pencegahan lain seperti menabur bubuk larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk,dll)
melakukan  pengawasan  jentik  dengan  melibatkan  peran  aktif  masyarakat  melalui
Gerakan Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
meningkatkan daya tahan tubuh melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti
diet seimbang, melakukan aktifitas fisik secara rutin, dll.
pada wanita hamil atau berencana hamil harus melakukan perlindungan ekstra terhadap
gigitan nyamuk untuk mencegah infeksi virus Zika selama kehamilan, misalnya dengan
memakai  baju  yang  menutup  sebagian  besar  permukaan  kulit,  berwarna  cerah,
menghindari  pemakaian  wewangian  yang  dapat  menarik  perhatian  nyamuk  seperti
parfum dan deodoran.

10.Negara manasajakah yang melaporkan keberadaan kasus penyakit virus Zika?
Beberapa  negara  yang pernah melaporkan keberadaan kasus  penyait virus  Zika  adalah Barbados, Bolivia, Brasil, Cap Verde, Colombia, Dominican Republic, Ecuador, El Salvador, French  Guiana,  Guadeloupe,  Guatemala,  Guyana,  Haiti,  Honduras,  Martinique, Mexico, Panama, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Suriname, Venezuela,dan Yap

11.Apakah efek yang bisa ditimbulkan pada ibu hamil yang terinfeksi virus Zika?
Selama ini belum ada bukti yang kuat bahwa ibu hamil lebih berisiko atau mengalami penyakit yang lebih berat  selama masa kehamilan. Selain itu juga belum diketahui bahwa ibu hamil lebih berisiko terhadap sindrom guillan barre.
.
12.Apakah  ada  hubungan  antara  infeksi  virus Zika  dengan  kejadian  mikrosefalus kongenital?
Hubungan infeksi virus Zika pada ibu hamil dengan kejadian mikrosefalus pada bayi yang dilahirkan belum terbukti secara ilmiah, namun bukti ke arah itu semakin kuat.

13.Apa yangharus dipertimbangkan ibu hamil yang akan bepergian ke area terjangkit virus Zika?
Sebelum pergi ke area terjangkit virus Zika dianjurkan untuk melakukan konsultasi dengan dokter.  Selain  itu  pada  masa  selama  berada  di  area  terjangkit  diharapkan  melakukan perlidungan ekstra terhadap gigitan nyamuk.

14.Ibu hamil yang bagaimanakah yang harus dilakukan pemeriksaan virus Zika?
Ibu hamil yang harus diperiksa untuk virus zika adalah yang memiliki riwayat perjalanan dari area terjangkit dan juga memiliki 2 atau lebih gejala dari infeksi virus Zika.


Sumber :Depkes.go.id