Selasa, 26 Januari 2016

3 Syarat Fogging !!

KOMPAS.com - Fogging atau pengkabutan menjadi salah satu metode yang sering digunakan dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (DBD). Pada metode ini, suatu lokasi disemprot dengan insektisida menggunakan mesin.
Fogging dalam dosis tertentu ini bertujuan memberantas nyamuk dewasa, atau yang sudah bisa terbang berpindah. Namun, metode fogging saat ini dipertanyakan efektivitasnya. Hal ini dikarenakan kasus demam berdarah yang cenderung meningkat.
Menurut peneliti dari Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI)  Dr. Budi Haryanto, fogging menjadi tidak efektif dalam memberantas nyamuk karena penggunannya yang keliru dan tidak tepat.
Untuk mencegah kenaikan kasus dan jumlah korban DBD yang semakin meningkat, Budi berbagi tips agar upaya fogging menjadi efektif. Agar hasil fogging maksimal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
- Minimal beradius 100 meter
Pelaksaan fogging sebaiknya tidak dilakukan per kasus, seperti yang kerap dilakukan saat ini. Fogging juga sebaiknya dilakukan dalam jarak 100 meter di sekeliling tempat tinggal penderita DBD. Hal ini dikarenakan, 100 meter adalah jarak optimal bagi nyamuk DBD untuk berpindah tempat. Rumah dalam radius 100 meter berpeluang besar terkena virus DBD. Radius 100 meter adalah ketentuan bila hanya terdapat satu korban. Jika korban lebih dari 3 makan radius bertambah lebih dari 100 meter.
“Jadi jangan lagi fogging per wilayah RT, terlalu kecil. Lebih baik per RW dan bisa dibentuk kelompok RW siaga,” kata Budi.
- Perhatikan dosis
“Ini menjadi poin penting. Sering insektisida dan solar tidak berimbang,” kata Budi.
Penyemprotan harus memperhatikan dosis yang tercatat dalam standar operasional. Bila insektisida terlalu sedikit, maka penyemprotan tidak memberikan hasil maksimal dan hanya meninggalkan bau minyak tanah yang mengganggu kenyamanan. Dosis yang tepat juga dikhawatirkan membuat nyamuk resisten insektisida.
- Awasi arah angin
Arah angin seringkali luput dari perhatian. Padahal angin yang akan menyebarkan semprotan insktisida ke seluruh wilayah, dalam radius tertentu. Angin juga yang membawa nyamuk terbang berpindah menghindari pestisida. “Penelitian saya di Depok menyatakan, penyemprotan yang membaca arah angin terbukti lebih efektif,” kata Budi.
Fogging menyebabkan droplet insektisida dan mematikan bagi nyamuk dewasa yang kontak langsung. Saat dikeluarkan dari mesin penyemprot, kabut insektisida akan langsung menyebar sesuai arah angin. Oleh karena itu, sebaiknya penyemprotan dilakukan sesuai arah angin. Penyemprotan yang melawan arah angin akan mengenai tubuh penyemprot bukan nyamuk yang menjadi sasaran. Akibatnya insektisida akan menjadi toksik bagi penyemprot.
Selasa, 26 Januari 2016
Penulis: Rosmha Widiyani
Editor: Asep Candra

Kapan sebaiknya dilakukan FOGGING ??!!

Dapat kami informasikan bahwa :

1. Fogging adalah upaya pemberantasan nyamuk bukan upaya pencegahan sehingga akan dilaksanakan fogging apabila terdapat kasus DBD dan memenuhi kriteria fogging.
2. Upaya pencegahan terhadap kasus DBD adalah dengan melaksanakan 3 M (Menguras, menutup,Mengubur ).
3. Prosedur Fogging adalah sebagai berkut :
a. Terdapat laporan kasus DBD dari Desa atau Rumah Sakit .
b. Ada pemberitahuan dari Desa ke Puskesmas setempat
c. Puskesmas menindak lanjuti laporan dari desa dengan melaksanakan Penyeledikan Epidemiologi yang tujuannya adalah mengetahui ada tidaknya penderita DB yang lain atau menemukan tersangka DBD dan melaksanakan pemeriksaan jentik pada radius 100 m dari penderita.
d. Apabila hasil Penyelidikan Epidemiologi menyebutkan ada penderita DB yang lain dan atau ditemukan ≥ 3 tersangka serta ditemukan ≥ 5 % rumah terdapat Jentik nyamuk, maka puskesmas akan meneruskan permohonan fogging ke Dinas Kesehatan.
e. Tetapi apabila hasil PE tidak sesuai dengan kriteria diatas, maka puskesmas akan menindak lanjuti dengan PSN, pemberian abate dan Penyuluhan tanpa dilanjutkan fogging.

Fogging sebenarnya kurang EFEKTIF apabila tidak ditindaklanjuti dengan gerakan 3M + . 
Mencegah lebih efektif dari pada mengobati atau memberantas…
Mari kita galakan kembali gerakan 3 M di wilayah kita… kalo ada yg gampang kenapa tidak kita lakukan ??
Sumber : http://pemalangsehat.wordpress.com/2010/03/10/prosedur-fogging/

Jika (tetap) ingin Fogging ??


    


 Setelah banyak membahas tentang bahaya Fogging,selanjutnya apa yang harus diperhatikan jika tetap melakukan Fogging ???

Kesimpulannya adalah :

1.     Fogging merupakan upaya terakhir untuk memberantas nyamuk jika terjadi
KLB dengan memutus rantai penularannya pada lokasi tersebut.
      2. Fogging hanya untuk membunuh nyamuk dewasa saja dan tidak membunuh  
          larva dan telur nyamuk
 3.  Untuk melakukan fogging maka harus pengguna alat fogging harus mengetahui    
     fungsi dari setiap bagian dari swingfog.
 4.  Untuk melakukan fogging agar efektif maka harus menyesuaikan dengan
     waktu dimana vektor banyak beraktifitas untuk mencari makan. 
 5.  Fogging dalam masyarakat untuk menghindari kecelakaan maka harus
      dilakukan oleh petugas yang sudah berpengalaman dan  harus dilakukan   
      dengan 3 orang dimana 1 orang memegang alat fogging dan 2 lainnya untuk        
      memastikan tidak ada mahluk hidup yang berada didalam rumah saat dilakukannya 
      fogging.  
 6.  Untuk hasil yang lebih memuaskan maka fogging harus juga dibarengi dengan   
     PSN, 3M+ dan pola hidup masyarakat yang sehat.

  


Selamat Fogging......

Kenapa Harus Fogging ??

>>>>Hahaaha...kenapa sih harus Ballotelli ? Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang ?!
 Gak lah...canda

Serius!! Kenapa ?? Baca aja ini ......!!

      Fogging pada awalnya adalah salah satu tindakan untuk membunuh nyamuk Aedes aegypti, dengan menggunakan bahan kimia yang berfungsi sebagai insektisida bernama Malathion yang kadang dicampur dengan minyak tanah, diharapkan dapat membunuh nyamuk pembawa virus demam berdarah ini. Tapi Malathion hanya dapat membunuh nyamuk dewasa saja , dan seperti daur hidupnya, jentik/ telur nyamuk ini dalam waktu 6-8 jam akan berubah menjadi nyamuk dewasa. Efektifkah tindakan fogging tadi ? Tentu TIDAK.
       Sekarang kita bicara tentang Malathion, suatu insectisida yang biasa digunakan sebagai bahan untuk fogging. Malathion mempunyai nama kimia Dimethoxy Phosphino Thioyl Thio Butanedioic Acid Diethyl Ester (ga perlu dihafal). Bahan kimia ini telah diteliti di dua universitas di Amerika yaitu University of Florida dan University of South Florida. Dari penelitian ini setidaknya ada tiga belas macam akibat yang ditimbulkan Malathion kepada manusia. Belum lagi efek Malathion kepada hewan dan tumbuhan yang terkena.
      Pada tahun 1976 di Pakistan, pernah dilakukan fogging massal untuk memberantas malaria. Akibat fogging tersebut dilaporkan lima orang meninggal dan 2800 orang keracunan. Dari Jurnal Epidemiolgy tahun 1992 juga diteliti mengenai hubungan antara paparan Malathion dengan kejadian kelainan gastrointestinal (saluran cerna), dan ternyata ditemukan bahwa wanita hamil yang terpapar malathion mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar anaknya menderita kelainan gastrointestinal.
    Masalah lain yang juga pernah diteliti adalah paparan terhadap malathion ini mengakibatkan Leukemia pada anak-anak, Aplastik anemia, Gagal ginjal, Defek pada bayi baru lahir, kerusakan gen dan kromosom, kerusakan paru dan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Malathion juga diduga mempunyai peran terhadap 28 gangguan, mulai dari gangguan gerakan sperma hingga kejadian hiperaktif pada anak. Meskipun pihak pembuat bahan ini telah melakukan uji keamanan, kita harus semakin menyadari bahwa ada risiko-risiko yang akan kita tanggung apabila terpapar bahan tersebut. Untuk lebih jelas mengenai bahaya malathion dapat mengunjungi situs http://www.chem-tox.com/malathion/ . Di situs ini dapat kita lihat betapa berbahayanya penggunaan Malathion dalam penggunaan sehari-hari.
       Upaya 3M plus masih jauh lebih baik daripada sekedar melakukan fogging yang kadang-kadang juga dilakukan hanya untuk menyenangkan masyarakat tanpa mendidik masyarakat akan bahayanya.
Semoga bermanfaat.
Sumber : https://gudanginspirasi.wordpress.com/2009/03/22/jangan-minta-fogging-berbahaya/#comment-926 

Benarkah Fogging Efektif?


    Pemikiran (MindSet) mengenai Fogging sudah demikian merasuk ke masyarakat kita, bila tidak dilakukan penyemprotan sepertinya belum ada tindak lanjut dari DINAS KESEHATAN, itu adalah persepsi yg keliru, maka dengan ini kami ingin meluruskan kembali tentang FOGGING…
Sebelum kita mengetahui apakah efektif , atau berbahayanya Fogging kita lihat pendapat pakar atau ahli kesehatan berikut :
>>“Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jambi menilai tindakan fogging atau pengasapan yang dilakukan untuk pemusnahan nyamuk yang menjadi sumber penyakit malaria dan dan demam berdarah di musim hujan saat ini sangatlah tidak efektif.
“Memang salah satu cara yang paling populer yang dilakukan adalah fogging atau pengasapan di kampung-kampung, dan sekolah-sekolah. Tapi cara ini sangat tidak efektif untuk memusnahkan atau menghilangkan tingkat risiko serangan nyamuk," kata Sekretaris IDI Jambi, dr Emil di Jambi, (TRIBUNNEWS.COM, JAMBI 26/01/2016)
>>"Hasil penelitian yang saya lakukan, fogging bukan cara yang efektif memberantas nyamuk. Seharusnya menggunakan program pemerintah 3 M Plus (Menguruk, Menutup, Mengubur) plusnya menggunakan insektisida," kata seorang peneliti Tri Yunis Miko Wahyono dalam penyampaian disertasi berjudul "Modeling Intervensi Penyakit DBD di Indonesia" di Depok, Selasa (15/1).(republika.co.id)
Selama ini masyarakat begitu mengandalkan fogging untuk menekan laju penularan penyakit DBD. Karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui mengenai fogging  antara ain sebagai berikut:
a. Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor  atau nyamuk Aedes agyepti  dewasa saja karena itu upaya fogging saja tidaklah terlalu efekif untuk menekan laju penularan DBD  dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakuka fogging sia-sia.
b. Efek fogging hanya efektif bertahan selama dua hari.
c. Selain itu, jenis insektisida yang dipergunakan mesti diganti secara periodik untuk menghindari kekebalan (resistensi nyamuk Aedes)

Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan tidak efektifnya dilakukan Fogging !!
Selain itu juga Fogging sangat berbahaya bagi kesehatan, antara lain :
a.   Dapat mengganggu saluran pernapasan
b.   Bila dilakukan fogging terus-menerus nyamuk dapat kebal terhadap bahan kimia.
c.   Dapat mengakibatkan keracunan terhadap makanan yang  terkena asap fogging.

Pertanyaan selanjutnya >> Masih perlukah (maukah) dilakukan Fogging ??  

Apa itu SwingFog ?

.
Gbr.Mesin Swingfog di Dinkes Kab.Kep.Meranti (2015)

Selatpanjang. Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi.
    Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama swingfog.
 Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai dengan 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang hari nyamuk sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena udara terlalu panas. Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan karena sia-sia saja melakukan pengasapan. Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh nyamuk dewasa yang mengandung virus. Namun, fogging hanya efektif selama dua hari. Selain itu, jenis insektisida yang digunakan untuk fogging ini juga harus ganti-ganti untuk menghindari resistensi dari nyamuk.
     Sasaran fogging adalah semua ruangan baik dalam bangunan rumah maupun di luar bangunan (halaman/pekarangan), karena obyek sasaran adalah nyamuk yang terbang. Sifat kerja dari fogging adalah knock down effect yang artinya setelah nyamuk kontak dengan partikel (droplet) insektisida diharapkan mati setelah 24 jam.

Minggu, 24 Januari 2016

Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE) Malaria Desa Tg.Samak


          Pada bulan November 2015 dilakukan PE di desa Tg.Medang ( Puskesmas Tg.Samak).
Kegiatan ini dilakukan karena ditemukannya 1 (satu) kasus import. Dengan adanya kasus ini Dinkes Kab.Kep.Meranti melalui bidang PMKL proaktif melakukan kegiatan PE untuk mengantisipasi penyebaran virus Malaria,dengan cara pengambilan sampel darah dari beberapa penduduk/rumah sekitarnya untuk diperiksa di laboratorium. Dengan angka mobilitas penduduk yang ada, bisa saja sewaktu-waktu pendatang atau pekerja yang pulang dari daerah endemis dapat menularkan virus ini .

Foto-foto Kegiatan PE di Desa Tg,Medang




Sabtu, 23 Januari 2016

Format Laporan KLB Malaria

https://drive.google.com/file/d/0BwdIrAxtnfGnLVFmdzdHTVc0WUE/view?usp=sharing

Penyelidikan Epidemiologi KLB Malaria

https://drive.google.com/file/d/0BwdIrAxtnfGncllnRjRKSTVmcTQ/view?usp=sharing

Program Malaria ( MONEV RIAU )

https://drive.google.com/file/d/0BwdIrAxtnfGnbURWdmd0OHIxUTg/view?usp=sharing

Format Malaria LB

https://drive.google.com/file/d/0BwdIrAxtnfGneG9PLW03V0Q5dms/view?usp=sharing

Penatalaksanaan Kasus Malaria

https://drive.google.com/file/d/0BwdIrAxtnfGnaDBxSnl0ekYxWTg/view?usp=sharing

Penemuan Penderita Malaria

https://drive.google.com/file/d/0BwdIrAxtnfGnVWJRNllpQjZjbTg/view?usp=sharing

Epidemiologi Malaria

https://docs.google.com/presentation/d/19ifnFF94fYgeJMEYkwTxg9dBZnyorOBF9_czom-3ETw/edit?usp=sharing

Manual e-SISMAL

https://docs.google.com/document/d/1jiSi1O9_-B3N45CfUweKfby8EIm9HOEvHB8oaZu_4YY/edit?usp=sharing