Selatpanjang - Di negara-negara yang terdampak virus Zika
seperti Brazil, jumlah bayi yang terlahir dengan kepala menyusut atau
mikrosefali bisa mencapai ribuan. Bahkan dari data terbaru, lebih dari 4.000
bayi di Brazil terlahir dengan kondisi mikrosefali.
Untuk mencegah pertambahan angka ini, pemerintah sejumlah
negara meminta penduduknya untuk menunda kehamilan. Semisal yang dilakukan
pemerintah Kolombia dan El Salvador yang melarang warganya hamil dalam kurun 8
bulan hingga dua tahun mendatang.
Namun kebijakan itu nyatanya tidak efektif. Sebuah lembaga
internasional bernama Women on Web pun menawarkan ide ekstrem untuk mengatasi
fenomena ini. Mereka menawarkan bantuan berupa paket pengobatan aborsi kepada
para wanita yang terserang infeksi virus Zika. Dengan begitu bayi-bayi mereka
tidak akan lahir dalam keadaan cacat yaitu mengalami mikrosefali.
Wanita yang tertarik dengan tawaran lembaga ini hanya
tinggal mengunjungi situs resmi mereka lalu melakukan konsultasi dengan
dokter-dokter dari Women on Web secara online. Jika memang sesuai dengan
persyaratan, maka obat aborsinya akan langsung dikirim ke rumah secara
cuma-cuma.
Ketentuannya hanyalah si wanita berkenan untuk melakukannya,
dan usia kehamilannya masih dalam tahapan dini atau kurang dari 9 minggu. Demikian
seperti dilaporkan Daily Mail.
Hanya saja negara-negara yang terdampak viruz Zika
memberikan tanggapan negatif terhadap 'bantuan' ini. Sebagai negara yang tidak
melegalkan aborsi, Brazil melarang paket 'bantuan' itu masuk ke negara mereka.
Sementara itu, pemerintah El Salvador, Republik Dominika,
dan Nikaragua mengancam akan mengurung penduduknya yang menerima 'bantuan' itu
di penjara. Bahkan ketiga negara ini telah lama diketahui bisa mengganjar
hukuman penjara selama 10 tahun lebih bagi wanita yang mengalami keguguran di
trimester terakhir kehamilannya.
Di mata internasional, hal ini sangat disayangkan. Meski
keterkaitan antara virus Zika dengan mikrosefali belum dipastikan, namun WHO
sudah menyatakan fenomena ini sebagai krisis global, dan untuk
mengantisipasinya, tindakan aborsi seharusnya bisa dijadikan pilihan.
Namun seperti yang diungkapkan The Henry J Kaiser
Foundation, di antara sekian banyak negara yang mengilegalkan aborsi, lima di
antaranya tidak memiliki ketersediaan alat kontrasepsi yang memadai, sehingga
sulit bagi mereka untuk mengendalikan kehamilan di tengah wabah virus Zika yang
mungkin bisa membahayakan calon janinnya.
Di sisi lain, Alejandra Colom dari Population Council,
Guatemala mengatakan banyak wanita di Amerika Selatan yang tidak punya
kewenangan untuk memutuskan apakah dirinya boleh aborsi atau tidak, meskipun
hal itu sebenarnya merupakan hak mereka.
sumber:detiknews.com
0 komentar:
Posting Komentar
Blog ini hanya sebagai sarana berbagi informasi.
Mohon komentari dengan kritik dan saran yang sopan dan bijak.
Terima Kasih